Postingan

REFLEKSI ULANG TAHUN IBU

Oleh: Salman Ahmad Ridwan “Tululit, tululit… tululit.. tululit…” bunyi alarm dengan segala ritme dan getar pada handphone milik saya telah menampilkan sebuah pemberitahuan, bahwa hari ini, tanggal 10 November, adalah hari ulang tahun Ibu saya. Tak lama alarm itu pun saya matikan, saya pun kemudian bertanya-tanya dalam diri, apa sekiranya ucapan yang pantas untuk disampaikan pada hari lahir ibu saya ini? Dengan lagak yang rada begitu “sok ke-oke-oke-an”, sambil tangan memijit dagu secara perlahan, layaknya seorang cerdik cendikia yang sedang memikirkan tentang sebuah negara, saya pun terus bertanya-bertanya, “apa ya kira-kira…?” Namun terlepas dari segala perasaan gundah gulana dan kegalauan yang begitu akut pada diri saya , karena khawatir salah ucap dan kurang “ oke ” untuk menuturkan kata-kata yang akan saya ketik melalui pesan watsapp, pada akhirnya saya pun hanya menuliskan ucapan selamat dengan kalimat yang sangat sederhana. B eginilah pesan pendek yang saya tulis lew

13 NOVEMBER, INGATLAH TRAGEDI SEMANGGI!!!

Gambar
Oleh: Salman Ahmad Ridwan Seperti apa rasanya jika tubuh kita tertembus oleh peluru tajam? Seperti apa pula, jika seandainya sanak saudara kita telah mati akibat ditembus oleh peluru tajam? Hanyalah orang yang mati rasa jika dirinya hanya menjawab, bahwa tubuh yang tertembus oleh peluru tajam itu tidak terasa apa-apa. Begitu juga, hanya orang yang kehilangan rasa kemanusiaannyalah, jika orang tersebut tidak memiliki rasa kepedulian sedikit pun ketika atau di saat sanak saudaranya telah tewas tertembak oleh peluru tajam. Di Indonesia, lebih tepatnya di Jakarta, pada tanggal 11-13 November 1998, pernah terjadi sebuah peristiwa yang sangat mengerikan, yang dimana pada peristiwa tersebut telah kita kenal dengan istilah Tragedi Semanggi. Sebuah peristiwa yang kelam tentunya bagi catatan sejarah republik ini. Karena di dalamnya, telah tertulis sebuah narasi yang menggambarkan akan hilangnya wujud kemanusiaan dari wajah aparatus republik ini terhadap warga negaranya sendiri, t

PERANG DI SURABAYA: MODAL MENUJU 100% MERDEKA

Gambar
Oleh: Salman Ahmad Ridwan Di Indonesia, setiap tanggal 10 November selalu diperingati sebagai hari pahlawan. Penetapan hari pahlawan yang bertepatan pada tanggal 10 November ini, telah diangkat oleh pemerintah republik Indonesia dengan mengambil latar belakang historis sebuah peristiwa peperangan heroik, yang dilakukan oleh arek-arek Surabaya melawan tentara Sekutu pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya. Perang yang terjadi di Surabaya pada tahun 1945 adalah salah satu peperangan yang tidak dapat dihilangkan dalam bingkai sejarah ke-Indonesia-an, dikarenakan perang tersebut merupakan perang yang bisa dikatakan sebagai perang maha dasyat antara bangsa Indonesia oleh arek-arek Surabaya melawan tentara NICA yang pada saat itu telah diboncengi Belanda. Tak hanya telah diakui oleh bangsa Indonesia, ke-maha-dasyat-an perang Surabaya pada tanggal 10 November 1945 ini pun telah diakui oleh pihak Inggris, yang dimana dalam pengakuannya Inggris telah menyatakan bahwa perang 10

MENULIS: MENGURAIKAN KATA SEBAGAI SENJATA

Gambar
Oleh: Salman Ahmad Ridwan Banyak orang berpendapat bahwa menulis itu adalah suatu pekerjaan yang sangat sulit. Namun ada juga yang berpandangan sebaliknya, pandangan dari kelompok ini menganggap bahwa menulis itu adalah sesuatu hal yang sangat mudah. Terlepas dari dua pandangan yang saling berlawanan tersebut, tentu keduanya memiliki alasan-alasanya tersendiri dalam memandang seperti apa kesulitan dan kemudahan dalam membuat sebuah tulisan. Dari sudut pandang yang pertama, dimana seseorang itu telah memandang bahwa menulis itu adalah salah satu aktivitas yang sangat sulit, biasanya orang tersebut memandang bahwa menulis itu sangat menyulitkan karena menurut pandangan seperti ini, dalam membuat sebuah tulisan seseorang harus mempersiapkan berbagai macam persiapan yang sangat banyak, seperti misalanya kondisi suasana yang tenang, kenyamanan, ketentraman, dan berbagai macam modal pemikiran yang kuat dengan beragam perangkat-perangkat persiapannya yang “mapan” di dalam pemiki

AKU ADA KARENA BUKAN SESUATU YANG DATANG DARI LUAR DIRIKU

OLEH: SALMAN AHMAD RIDWAN Mengapa Aku? Aku disini dimaksudkan untuk mempertegas kembali tentang posisi manusia sebagai subjek yang memiliki kesadaran. Dan kesadaran merupakan suatu pembahasan yang menarik untuk diperbincangkan hingga saat ini. Di dalam kehidupan kita saat ini, kita perlu mempertegas kembali bahwa, kita merupakan manusia yang dalam kehidupannya berperan sebagai subjek yang memiliki kesadaran secara eksistensial. Mengapa? Karena sampai saat ini, di dalam kehidupan kita, kita telah banyak menjumpai bahkan mengalami hal-hal yang sangat memprihatinkan. Sebut saja prilaku masyarakat dalam mengkonsumsi barang-barang produksi secara berlebihan (konsumerisme), maraknya praktik hedonisme ekstrem, bahkan pada tingkat munculnya praktik-praktik kekerasan atas nama agama, ideologi, suku, dan budaya. Itu semua jelas secara terang-terangan telah membuat gambaran buram pada potret kehidupan kita sebagai manusia yang memiliki kesadaran dan kebebasan otonom. Potret buram itu pu